PAPUA INDAH DAN DAMAI

Menyuarakan kedamaian dan keindahan bumi Papua untuk bangsa ini...

Halaman

Minggu, 10 Agustus 2014

SIKAP KELOMPOK LANNY JAYA

Anggota Polres Lanny Jaya, Brigadir Polisi, Ronald Ohee (Jubi/Indrayadi TH)
Brigpol Ronald Ohee (sumber: tabloidjubi.com)
Jayapura, (8/8) – Brigadir Polisi (Brigpol) Ronald Ohee, anggota Polres Lanny Jaya yang juga saksi mata penembakan disertai pembantaian terhadap rekannya, Senin (28/7) lalu tidak bisa menyembunyikan kegundahannya. Ia masih ingat betul peristiwa yang merenggut nyawa rekannya yang dilakukan Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) di Lanny Jaya, beberapa waktu lalu. Menurut Brigpol Ronald Ohee, tindakan KSB itu sangat sadistis dan tidak manusiawi.

“Mereka membunuh rekan kami dengan cara yang tidak bererkemanusiaan. Setelah diberondong dengan tembakan, saya melihat dengan mata saya sendiri, mereka memotong seluruh jari tangan, telinga kanan kiri, dan hidung rekan kami Yoga,” kata Ronald Ohee dengan mata berkaca-kaca, Jumat (8/8).

Peristiwa itu terjadi saat Ronald dan lima rekannya sedang melakukan patroli. Ronald tidak menduga kelompok bersenjata sudah memantau mobil mereka dari atas gunung. Di saat ia dan rekan-rekannya melalui jalan tersebut, tiba-tiba kelompok bersenjata memberondong mereka. Petaka pun datang secara mendadak tanpa diduga.

“Mereka menembak kami berenam. Kami tidak ada kesempatan untuk membalas tembakan,” tuturnya.

Ronald mengaku, saat peristiwa itu terjadi,Kampung Nambume, Distrik Pirime saat itu disinari matahari dengan hembusan hawa dingin alamnya, dari situasi menegangkan itu membuat seluruh anggota panik. Ronald bersama tiga rekannya berhasil lompat keluar dari mobil meninggalkan dua rekannya yang masih berada di dalam roda empat tersebut.

“Rekan kami yang tinggal di mobil, akhirnya kena rentetan tembakan dari kelompok bersenjata,” kata Ronald yang saat ini masih trauma jika mengingat kejadian tersebut.

Dia bersama tiga rekannya berhasil melompat ke jurang. Setelah beberapa menit dirinya melompat, ia menoleh ke arah mobil. Ronald melihat sopir sudah keluar dari mobil dan jatuh ke jurang. Entah apa yang yang ada di pikiran kelompok bersenjata itu, mereka kembali turun ke jurang untuk melihat rekan kami Yoga. Mereka kemudian mengambil rekan kami, lalu membantai rekan kami.

“Saat rekan kami dibantai seperti itu, saya sempat marah, tetapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya saat itu dalam keadaan takut, karena jumlah mereka banyak,” tuturnya.

Menurut Ronald ia hanya bisa melihat rekannya mengalami nasib tragis dari kejauhan tanpa mampu memberi pertolongan. Maklum, jumlah kelompok bersenjata sangat banyak, mencapai sekitar 80 hingga 100-an orang. Mereka bersenjata organik dan rakitan menyisir ke arah jurang.“Kami lari ke arah hutan tercerai berai. Saya bersama Alex Numberi, Malcon, dan Valdo berlari ke hutan untuk menyelematkan diri. Kami tidak tahu mau buat apa lagi. Yang terlintas di pikiran kami hanya lari menjauh dari tempat itu. Saat itu saya pegang senjata, sedangkan Alex tidak,” kata Ronald. (red)

Sumber: tabloidjubi

0 komentar:

Posting Komentar