PAPUA INDAH DAN DAMAI

Menyuarakan kedamaian dan keindahan bumi Papua untuk bangsa ini...

Tanahku Papua

Papua, Indonesia kecilku...

Jayapura City

...ibukota Papua yang memikat di malam hari...

Festival Lembah Baliem

budaya luhur suku Dani, Lani, dan Yali sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan

Cenderawasih

burung khas Papua sebagai 'bird of Paradise'

Tawa Papua

potret dari keceriaan anak-anak di Papua

Raja Ampat

gugusan pulau yang indah dan exotic

Halaman

Senin, 21 Juli 2014

SUKSESKAH PILPRES DI PAPUA?

Pemilu di Papua
Menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014, ada segelintir orang dan kelompok yang menyerukan untuk melakukan boikot terhadap penyelenggaraan Pilpres 2014 di Papua. Kelompok kecil tersebut adalah kelompok afiliasi terhadap Papua merdeka, semisal KNPB. KNPB menilai bahwa, tidak ada alasan lain bagi masyarakat Papua untuk memberikan hak politiknya dalam pemilihan Presiden RI. Bahkan boikot diserukan hampir di seluruh wilayah Papua dengan berbagai teknik dan metode, yakni dengan aksi demo, seruan di media sosial, pembagian selebaran, agitasi, pemaksaan, hingga kekerasan.

Setelah pelaksanaan Pilpres 9 Juli 2014 tersebut, kelompok KNPB juga dengan bangga dan sesumbar mengklaim bahwa hampir seluruh masyarakat di Papua telah mengikuti himbauan mereka untuk memboikot Pilpres 2014, dengan tidak memberikan suara mereka di TPS. Bahkan di situs-situs website, KNPB mengklaim 80% masyarakat Papua tidak ikut coblos dan menyatakan boikot Pilpres di Papua sukses. http://knpbnews.com/?p=4581


Benarkah Demikian?


Menurut Komisioner KPU Papua, Tarwinto mengatakan bahwa Pilpres telah berjalan sesuai jadwal dan sesuai tahapan, termasuk 7 distrik di Yahukimo yang terlambat melaksanakan Pilpres, telah melaksanakan pencoblosan sesuai dengan jadwal. Jadi lancar semua Menurutnya, ancaman boikot Pilpres yang dikhawatirkan sebelum Pilpres lalu serta wilayah yang dianggap rawan, ternyata tidak terjadi. Semuanya melakukan pencoblosan dengan baik.http://tabloidjubi.com/2014/07/14/kpu-papua-nyatakan-pilpres-di-papua-sesuai-tahapan/

Di samping itu menurut sumber data di KPU Provinsi Papua, jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Provinsi Papua adalah sebanyak 3.237.326 orang dari 29 Kabupaten/Kota di Provinsi Papua. Sementara jumlah DPT di Provinsi Papua Barat adalah sebanyak 715.461 orang dari 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat. Sehingga total pemilih untuk Papua secara keseluruhan adalah 3.952.787 orang.

Berdasarkan data hasil rekapitulasi surat suara di KPU Provinsi Papua, dari jumlah DPT di Provinsi Papua tersebut, yang menggunakan hak suaranya dari data suara yang masuk adalah sebanyak 2.792.867 suara. Sedangkan untuk Provinsi Papua Barat dari jumlah DPT, yang menggunakan hak suaranya dari data suara yang masuk adalah sebanyak 532.907 suara. Sehingga dari 3.952.787DPT seluruh Papua, total keseluruhan surat suara yang masuk adalah 3.325.774.Hal ini berarti jumlah pemilih yang telah menggunakan hak suaranya di seluruh Papua adalah 85% dari total seluruh DPT di Papua.

Bagaimana mungkin Pemilu di Papua dikatakan tidak sukses? Jika berpatokan pada jumlah 85% masyarakat Papua telah menyalurkan hak pilihnya, tentu ini merupakan angka yang tergolong cukup besar dan menunjukkan partisipasi yang positif bagi masyarakat Papua dalam menyalurkan hak pilihnya menentukan Presiden RI 5 tahun ke depan.

Jika KNPB mengatakan himbauan boikot Pilpres yang mereka lakukan adalah sukses, tentu acuannya patut dipertanyakan. Bagaimana mungkin KNPB mengatakan 80% masyarakat di Papua tidak menyalurkan hak suaranya, di saat data KPU menyajikan data sebaliknya.

Usut punya usut ternyata hal ini masuk akal. Mengapa demikian? Seperti kita ketahui bahwa KNPB merupakan kelompok afiliasi Papua merdeka yang giat melakukan agitasi dan propaganda sesat kepada masyarakat Papua. Banyak kalangan masyarakat Papua memandang bahwa KNPB dipenuhi oleh kepentingan segelintir pimpinan KNPB itu sendiri, dan kegiatannya banyak melakukan pemutarbalikan fakta, kampanye hitam, demo anarkis, agitasi, propaganda sesat, bahkan aksi kekerasan. Seiring berkembangnya waktu, secara alamiah masyarakat Papua semakin sadar untuk menolak setiap aksi dari KNPB tersebut. Setiap himbauan yang mereka keluarkan, pasti akan merugikan masyarakat Papua itu sendiri. Masyarakat Papua bukanlah makhluk yang terus dapat dibohongi dan dibodohi oleh kelompok KNPB. Bahkan masyarakat Papua sendiri sukses dalam membangun nilai demokrasi di Papua. http://www.youtube.com/watch?v=iywRKmo1nmk

Hasil Pilpres adalah bukti nyata bahwa secara persentase, simpatik masyarakat Papua untuk mendukung himbauan KNPB nihil sama sekali. Dapat dipastikan bahwa klaim KNPB mengatakan boikot Pilpres di Papua sukses dan masyarakat Papua enggan memberikan hak suaranya adalah isapan jempol semata. Himbauan boikot hanyalah himbauan yang sia-sia dan tidak bertanggung jawab. Terbukti bahwa masyarakat Papua hampir di seluruh distrik, kabupaten, dan kota menunjukkan antusisasnya dalam menyalurkan hak suaranya pada Pilpres 9 Juli 2014. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan berdemokrasi masyarakat Papua dalam Pilpres telah berlangsung dengan sukses. Masyarakat Papua turut andil dalam mensukseskan Pilpres 9 Juli 2014 demi kemajuan demokrasi Indonesia. (AK)

MSG BERHASIL DI PORT MORESBY



Para pemimpin MSG dari Vanuatu, PNG, Kep. Solomon, dan New Caledonia tolak WPNCL (red)

Jayapura - Segelintir masyarakat Papua yang berjuang untuk merdeka pernah mendaftarkan proposalnya tahun lalu untuk menjadi anggota Melanesian Spearhead Group (MSG), organisasi regional Melanesia di kawasan Asia Pasifik. Proposal aplikasi keanggotaan MSG tersebut diajukan oleh West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL) atau Koalisi Nasional Pembebasan untuk Papua Barat pada bulan Juni 2013 dalam MSG-19 Leaders Summit, di Noumea, New Kaledonia.

Selanjutnya sebuah misi para Menteri Luar Negeri negara MSG yang dipimpin oleh Ratu Inoke Kubuabola, Menteri Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Fiji, mengunjungi Indonesia pada 11-15 Januari 2014 untuk memperoleh informasi dan melakukan penilaian terhadap aplikasi keanggotaan yang diajukan oleh WPNCL tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid dan akurat atas keadaan masyarakat Papua sebenarnya apakah seperti yang banyak digambarkan oleh WPNCL.

Akhirnya pada pertemuan Pimpinan anggota MSG di Port Moresby, Papua New Guinea, pada 26 Juni 2014 yang lalu, proposal aplikasi keanggotaan MSG oleh WPNCL tersebut ditolak oleh negara-negara MSG melalui para pemimpinnya. 

Perdana Menteri PNG, Peter O'Neill, mewakili para pemimpin MSG mengatakan bahwa kelompok pendaftar aplikasi harus berkonsultasi dengan Jakarta dalam mengajukan aplikasinya.

"Kami merasa bahwa itu (aplikasi,red) harus mewakili semua Melanesia yang tinggal di Indonesia, dan aplikasi tersebut dibuat harus berkonsultasi dengan Pemerintah Indonesia, seperti yang telah kita lakukan terhadap keanggotaan FLNKS di MSG," kata O'Neill usai pertemuan para pemimpin MSG tersebut.

Hal ini tentu masuk akal mengingat bangsa Melanesia yang jumlahnya besar tersebut tidak hanya terdapat di Papua saja, namun juga berada di luar Papua, yaitu Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Pendaftaran oleh WPNCL tentunya tidak representatif dan meniadakan konsultasi dengan Pemerintah Indonesia di Jakarta. Belum representatifnya pengajuan aplikasi WPNCL terbukti dengan banyaknya komponen kelompok yang ada di Papua.

Dalam KTT MSG di Noumea tahun 2013 lalu, delegasi Indonesia yang diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri, Wardhana, mengatakan bahwa bangsa Melanesia yang tinggal di Indonesia tidak hanya di Papua saja, namun juga terdapat di Maluku dan Nusa Tenggara. Para pemimpin MSG akhirnya sepakat bahwa aplikasi tersebut harus mewakili seluruh Melanesia yang ada di Indonesia. 

Pertemuan para pemimpin MSG di Port Moresby ini dihadiri oleh Ketua MSG, Victor Tutugoro, Perdana Menteri PNG Peter O'Neill, Perdana Menteri Kep. Salomon Gordon Dary Lilo, dan Perdana Menteri Vanuatu Joe Natuman. (AK)

Sabtu, 19 Juli 2014

ANTAR LOGISTIK BAGI WARGA, MALAH DI DOOR OPM




Puncak Jaya (16/7) – Penembakan dan penghadangan kembali terjadi pada 16/7/2014 sekitar pkl.14.15 WIT di Puncak Jaya. Kali ini yang menjadi korban adalah para supir yang biasa mengantarkan logistik untuk kebutuhan masyarakat. Dua orang supir lajuran tersebut tewas dan empat mobil jenis Strada dibakar. Kelompok kriminal yang menamakan dirinya OPM kelompok Tingginambut kembali melakukan aksi teror dan gangguan terhadap warga sipil.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, kejadian penembakan dan pembakaran mobil dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata di kampung Yenenggawi Kalome Distrik Tingginambut Kabupaten Puncak Jaya sekitar pukul 14.15 Wit.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol Sulistyo Pudjo, S.IK saat dikonfirmasi melalui seluler pada Rabu (16/7/2014) sore membenarkan kejadian tersebut.

Penembakan dan pembakaran itu bermula saat 11 mobil lajuran jenis Strada berangkat dengan muatan logistik dari distrik Ilu, Mulia dengan tujuan Puncak Jaya, namun sesampainya di distrik Yenenggawi Distrik Tingginambut tiba-tiba rombongan dihadang kurang lebih 10 orang dengan membawa senjata laras panjang dan mereka melakukan tembakan.

"Penembakan diduga dilakukan oleh anggota TPN/OPM pimponan Goliat Tabuni dari Tinggineri," kata pudjo.

Lanjutnya tiga orang terkena tembakan dalam kejadian itu dan satu meninggal di tempat sedang empat mobil jenis Strada ikut dibakar, sedang yang berhasil selamat mereka melarikan diri.

"Korban meninggal dunia atas nama Kallo (30), suku Makasar yang terkena tembakan di bagian kepala, Miranto Laksamana (24) korban kritis dan Bahar (40) tertembak di bagian pantat," ungkap Pudjo.

Atas kejadian itu, kata Kabid Humas Polda papua, pihaknya bersama TNI di bawah pimpinan AKP Much Arief Selaku Kasat Reskrim Polres Puncak Jaya menggunakan dua unit Mobil anti Peluru milik Polres dan satu unit mobil Ambulans milik Kodim beserta anggota TNI 751/Rider sudah di Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk melakukan evakuasi.

"Saat ini korban sudah dievakuasi ke RSUD Mulia Puncak Jaya, dan rencananya korban akan dibawa ke Jayapura pada Kamis besok nenggunakan pesawat Trigana air," ungkap Pudjo. (AK)

Jumat, 18 Juli 2014

OPM TEMBAK (LAGI) TUKANG OJEK DI LANY JAYA






Puncak Jaya (17/7) - Aksi penembakan terhadap warga sipil/masyarakat kembali terjadi di daerah Dugume Kabupaten Lany Jaya pada Kamis 17 Juli 2014 pukul 17.10 WIT. Korbannya adalah masyarakat sipil yang berprofesi sebagai tukang ojek, yang bernama Nasito umur 47 tahun, asal Probolinggo dan meninggal dunia setelah ditembak peluru dari senjata api yang diduga milik Kelompok Sipil Bersenjata anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang beroperasi di daerah tersebut.

Kejadian tersebut berawal ketika korban yang bernama Nasito mengantar penumpangnya dari arah Malagaineri menuju ke Tiom. Pada saat tiba di Kampung Dugume yang bersangkutan (tukang ojek) di tembak di bagian leher belakang tembus ke pipi bagian kiri. Kemungkinan penembakan tersebut dilakukan oleh orang yang dibonceng (penumpangnya) yang dari Malagayneri tersebut, karena di Tempat Kejadian Perkara (TKP) ditemukan barang bukti satu buah kelongsong senjata jenis Pistol.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat, Kepolisian Daerah Papua, Kombes Pol Sulityo Pudjo mengatakan kejadian berlangsung sekitar pukul 17.15 WIT. 

"Sebelum kejadian, sekitar pukul 16.00 WIT, Narsito mengantar penumpang dari Tiom menuju Distrik Malagaineri dan saat kembali ke Tiom, dia membonceng dua orang penumpang, dan ditembak oleh penumpangnya," ujar Pudjo.

Mendapat laporan tersebut, aparat kepolisian dari Polres Lanny Jaya dibantu TNI langsung datang ke lokasi kejadian dan mendapati selongsong peluru FN sekitar satu meter dari jenasah Nasito.

“Jenasah Nasito sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Tiom untuk dilakukan otopsi, sementara kasusnya sudah ditangani Polres Lanny Jaya,” jelas Pudjo. 

“Kejadian ini menunjukkan masih ada anggota kelompok bersenjata yang berkeliaran. Kami akan berusaha mengungkap dan menangkap pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya didepan hukum,” tegas Pudjo.

Dari kejadian ini pihak TNI/Polri mengambil langkah-langkah untuk melakukan koordinasi dengan Pemda Kabupaten Lany Jaya, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama untuk mencegah agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi serta meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, menggiatkan patroli gabungan TNI/Polri ke daerah-daerah rawan.

Kejadian ini sangat disesalkan oleh seluruh pihak, karena kelompok bersenjata OPM melakukan tindakan brutal dan tidak manusiawi terhadap masyarakat yang tidak berdosa. Hal ini sering terjadi di wilayah Puncak Jaya dan sekitarnya yang mana korbannya adalah orang-orang sipil yang tidak berdosa. Tindakan ini sengaja dilakukan untuk menakuti masyarakat dan menimbulkan situasi tidak aman, sehingga masyarakat merasakan ketakutan karena ulah dari Kelompok Sipil Bersenjata ini. 

Berdasarkan informasi yang dihimpun, di wilayah Kabupaten Lanny Jaya terdapat kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Organisasi Papua Merdeka. 

Kelompok bersenjata pimpinan Puron Wenda ini, sudah beberapa kali melakukan penyerangan terhadap aparat maupun warga sipil. Kelompok ini juga sempat dikaitkan dengan penyerangan terhadap Mapolsek Pirime pada 27 November 2012 lalu yang mengakibatkan 3 anggota polisi tewas.

Sementara itu sampai dengan berita ini diturunkan situasi di Tempat Kejadian Perkara (TKP) relatif aman dan terkendali. (AK)