PAPUA INDAH DAN DAMAI

Menyuarakan kedamaian dan keindahan bumi Papua untuk bangsa ini...

Halaman

Senin, 06 Januari 2014

PENEMBAKAN (LAGI) OLEH OPM MENGAWALI TAHUN 2014: TINJAUAN PSIKOLOGIS



Awal tahun 2014 ini sekali lagi kita disuguhkan oleh tindak kekerasan yang dialami saudara-saudara kita yang ada di Papua. Belum lama kita dikejutkan oleh penyerangan OPM ke Pos Polisi kemarin (4/1) yang berada di Kulirik, Puncak Jaya. Pos Polisi tersebut diserang oleh Telenggen bersaudara yaitu Leka dan Tengamati Telenggen yang berasal dari kelompok Yambi, pimpinan Goliat Tabuni dengan kerugian di pihak Polisi 8 pucuk senjata serta 135 amunisi.

Selang beberapa hari pula dari penyerangan tersebut, pagi tadi (7/1) sekitar pukul 08.30 WIT terjadi pula penembakan terhadap masyarakat sipil Kab. Puncak Jaya. Penembakan terjadi di Komplek SMA Wuyuneri Kab. Puncak Jaya Papua. Korban dalam peristiwa itu adalah tukang ojek yang sedang mencari nafkah di sekitar Komplek SMA Wuyuneri. Saat ini kondisi korban telah meninggal dunia dan dievakuasi ke RS. Mulia. Pelaku diduga adalah lagi-lagi kelompok OPM yang sama dan kerap beraksi di Puncak Jaya. Kelompok ini selalu menimbulkan rasa takut dan kecemasan bagi warga sipil di Kab. Puncak Jaya.


WEAPON EFFECT DAN AGRESI

Terlepas dari pelaku penembakan adalah dari kelompok yang sama atau tidak, yang jelas kejadian beruntun ini menimbulkan rasa takut dan khawatir bagi masyarakat sipil yang ada di Puncak Jaya. Terlebih setelah kejadian perampasan senjata api berikut amunisinya oleh kelompok OPM, membawa dampak euphoria tersendiri bagi kelompok tersebut. Hal ini tentu saja akan menimbulkan kejadian-kejadian baru sebagai efek dari perampasan senjata dan amunisi tersebut terhadap masyarakat sipil Papua yang berada di wilayah Puncak Jaya.

Euphoria yang berlebihan dari kelompok tersebut akibat dari kepemilikian senjata rampasan menimbulkan weapon effect yang rentan mempengaruhi psikologis para pemegang senjata. Para ahli psikologi kognitif sudah lama melihat bahwa senjata memiliki efek bagi penggunanya. Weapon effect ini membawa dampak bahwa dengan adanya senjata, bahkan sekedar gambar senjata saja, dapat memunculkan perilaku agresif pada orang tersebut. Beberapa penelitian pula telah membuktikan bahwa ada hubungan yang kuat antara penggunaan senjata dan perilaku agresi. Menurut Berkowitz (1984), ahli psikologi kognitif, perilaku agresi muncul karena gambaran itu sudah ada dalam pikiran kita, kemudian diaktivitasi oleh stimulus yang ada. Senjata menjadi stimulus untuk memicu respon agresif.

Berdasarkan asumsi Berkowitz tersebut tentunya kontrol atau pembatasan terhadap penggunaan senjata akan mengurangi perilaku agresi. Penelitian yang mendukung asumsi ini adalah ketika Negara Jamaika pada tahun 1974, mulai melarang penggunaan senjata pada masyarakat sipil, maka tingkat kejahatan menurun drastis. Kejahatan dengan pembunuhan menurun 14 %, tingkat perkosaan menurun 32 %, perampokan menurun 25 %, dan penembakan menurun sebesar 37 % (Diener & Crandall, 1979).


STOP PENEMBAKAN
Kontrol atau pembatasan terhadap penggunaan senjata tentu akan mengurangi perilaku agresi. Hal inilah yang mau tidak mau harus dilakukan adalah para pihak berwenang. Kontrol atau pembatasan penggunaan senjata oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sepenuhnya wewenang aparat TNI/Polri sebagai fungsi pertahanan dan keamanan di tanah air.

Goliat Tabuni dan pengikutnya merupakan kelompok OPM yang secara terang-terangan melakukan perlawanan terhadap TNI/Polri. Perilaku weapon effect mereka hanya tinggal menunggu korban berikutnya dari masyarakat sipil yang tidak berdosa. Setelah mendapatkan senjata yang tidak sedikit berikut amunisi nya berdampak pada stimulasi emosi yang menimbulkan euphoria yang mendorong mereka terus melakukan tindakan agresi. Beberapa waktu lalu Pos Polisi yang diserang. Hari ini tukang ojek yang harus berpeluh keringat untuk menghidupi anak istrinya yang menjadi korban. Besok kita tinggal tunggu lagi aksi berikutnya yang meresahkan warga sebagai efek domino dari weapon effect kelompok OPM tersebut.

Tindakan kelompok OPM ini sudah meresahkan masyarakat Puncak Jaya dan mempengaruhi sendi kehidupan bermasyarakat di sana. TNI/Polri hadir di sana untuk menciptakan rasa aman dan damai bagi masyarakat Puncak Jaya. Untuk itu TNI/Polri hendaknya melakukan tindakan tegas terhadap kelompok ini agar mereka bersedia meletakkan senjata. Warga masyarakat juga sangat menentang kelompok ini yang menciptakan rasa tidak aman bagi masyarakat Puncak Jaya. Jangan ada lagi korban masyarakat sipil yang tidak berdosa. Masyarakat hanya ingin hidup damai dan tenteram di tanahnya sendiri. (fars/psy)

0 komentar:

Posting Komentar